Smariduta.... The Best SkuL ever!!!!!!!

Kamis, 25 Desember 2008

Rolaz Ipa Papat

Langsung aja iaa.. Q bersyukur pada Tuhan, q diberi kesempatan ketemu kawand2 yang te-o-pe be-ge-te.. Mulai dari yang jahil, cerewet, narsis, sampe gag waraz (kok yang jelek2 iaa yang q bilang).. hwehehe.. Maaph iaa kawand2quw iang tersayang..

Mungkin q punya sedikit bukti yang bisa dipakai acuan buat bilang mereka "narsis".. hhe..

Nie foto diambil kapan iaa..??
Q gag inget tanggalnya cie..
tapi uda kelaz 3 kok..

mungkin nie dulu diambil abiz anak2 pada bersih2 kelaz ato mungkin paz ngadain rujakan bareng itu iaa..

sebenernya banyak kok fotonya, tapi cuma q tampilin 1 z.. takutnya ntar yang ngeliat blogQu pada ngeri Liat narsisNa kawand2qu.. hhe..




Nah, yang ini paz kelaz 11..
dulu anak2 pada dapet tugas buat senam per kelompok.. tampangnya kucel semua iaa..?

pantes lah,,, itu abiz latihan pada narsis sie..

gag peduli banget iaa sama muka..
yang penting nampang duluuu..






Yang ini, pas mau mulai jam pelajaran tambahan..
Kan masih ada waktu buat istirahat tuh..


abiz makan bersama (anak2 ipa 4 emang suka bawa bekal dari rumah.. hhe..) keluar kelaz, langsung aja tuh ngambil hapeNa temenQ yang lagi nyantai..
q kacian kameraNa..






Nie FOTO TERBARUnya IPA 4..
hhe..

baru kemaren nie..

tanggal 24 Desember 2008...
sekalian buat refreshing katanya.. libur 5 hari, langsung ulangan..
pada gag mau puyeng mikir pelajaran dulu... (padahal gag nyambung luwh,, alasannya aja mungkin..)



yapz... mungkin itu sedikit yang bisa q tulis tentang IPA 4.. banyak kenangan mulai dari yang konyol sampai mengharukan.. hhe...
tapi buat kawand2qu, thankz for all n' Luph U all..

Senin, 15 Desember 2008

UM UGM 2009

Buat yang berminat ikutan, siapin diri kalian mulai dari sekarang yah..
Bentar lagi mau dilaksanain nieh..

Informasi yang ada saat ini sebagai berikut :
- Pendaftarannya tanggal 21 Januari - 24 maret 2009. Bisa langsung ambil formulir ke UGM, atau pendaftaran online lewat www.um.ugm.ac.id
- Daftar ulangnya tanggal 18 Maret 2009 - 25 Maret 2009. Bisa dibayarkan lewat bank lho.. (hehe)
- Pelaksanaannya tanggal 5 April 2009 di Madiun.. Buat yang ingin langsung datang ke UGM, silakan aja.. Kalian bisa ikut ujian disana kok..
- Hasil UM UGM nya bisa dilihat lewat situs internet. www.um.ugm.ac.id dengan memasukkan kode pin kamu..
- Oia, yang gak kalah penting, kita boleh milih 3 pilihan fakultas..

Buat semuanya, met berjuang yach..

Minggu, 14 Desember 2008

d'Masiv plagiator..???

Barusan saat lihat-lihat di youtube.com ada comment kaya gini

d'massiv plagiat:

dan kamu = high over heels nya switchfoot
cinta ini membunuhku = i don’t love u nya MCR
dilema = soldier's poem nya MUSE
sebelah mata = the take over, the break's over nya fall out boy
cinta sampai disini = Into The Sun nya Lifehouse
lukaku = drive nya INCUBUS
tak pernah rela = Is it any wonder nya KEANE

KAPAN BOSS ALBUM KEDUANYA??? GUE TUNGGU!!! KLO NJIPLAK YG LEBIH MIRIP LAGI DONK!!! HAHAHAHAHEHEHEHE EMENG NYA KUPING ORANG INDONESIA BUDEK2 APA, GAK PERNAH DENGER LAGU ORANG BULE…


Gimana yah jadinya... coba kita liat satu - satu aja...
Tak Pernah Rela vs Is it Any Wonder - Keane
Setelah didengar-dengar, gitar pada intro lagu memang mirip dengan lagu Keane yang judulnya Is it any wonder. Tapi secara keseluruhan, nggak mirip-mirip banget dan bisa dibilang masih batas kewajaran.

Lukaku vs Drive - Incubus
Irama gitar akustiknya memang mirip. Coba aja nyanyi lagu lukaku diiringi gitar intro Drive, pasti nyambung. Masuk ke dalam lirik, nadanya nggak ada persamaan. Oiya, udah tau juga bunyi scratching turntable punya DJ yang ada di lagu D’masiv ini juga ada di lagu Drive punya incubus?..

Cinta sampai di sini vs Into The Sun - Lifehouse
Well nggak terlalu mirip kok. Memang intronya memiliki irama gitar yang sama pada beberapa bagian dengan Cinta sampai di sini, tapi tidak kelihatan seperti ngejiplak. Cinta sampai di sini bisa dibilang masih lagu yang “bersih”.

Sebelah Mata vs The Take Over, The Break’s Over - Fall Out Boy
Kali ini aku berpendapat nggak ada satu pun nada yang terdengar di telinga yang terdengar sama dengan lagu D’masiv. Setidaknya itu di telingaku. Gimana pendapatmu? Atau mungkin bukan lagu yang ini?

Dilema vs Soldier’s Poem - Muse
Pertama kali dengar lagu dilema (diputar di Winamp komputer), yang terlintas di benak saat itu, “Perasaan nggak ada masang lagu muse deh di playlist…” Intronya sama persis. Mood drumnya, dan gitarnya juga. So...???

Cinta ini Membunuhku vs I don’t love You - MCR
Ya, intronya memang agak mirip. Gebukan drumnya juga. Tapi, begitu masuk lagu, kayaknya nggak juga deh kalo di bilang ngejiplak...

Dan Kamu vs High Over Heels - Switchfoot
Wah ini mah emang mirip. Kebetulan ada videonya, coba aja diputar dan dengarkan dengan seksama.

Ada juga yang bilang lagu D’masiv berjudul Diam tanpa kata intronya mirip dengan Awakening - Switchfoot. Memang mirip sih, tapi cuma intro dan nada pas suku kata pertama saat lirik masuk.

Yapz.. emang lagu - lagunya hanya mirip di intro (blum masuk lagu).. Walaupun ada yang mirip banget sama lagu aslinya.. Tapi semua juga udah pada tau kalo D'MASIV emang termasuk band yang udah bisa dikatakan sukses (may be) pada album pertamanya. Semoga aja album kedua mereka lebih bagus. Jujur, aku juga termasuk suka dengan lagu-lagu yang dibawakan D’masiv. Lagian, di antara kalian juga termasuk lagu “bersih” yang hits sekarang ini. Hohoho...


Jumat, 12 Desember 2008

Kuliah atau Kerja


Pada dasarnya kuliah dan kerja merupakan dua hal yang berbeda. Bangku kuliah mengajarkan pada mahasiswa untuk memperkaya kapabilitas melalui ilmu pengetahuan. Sementara itu, dunia kerja terkadang merupakan pilihan praktis untuk memenuhi kebutuhan ekonomis.
Namun tak sedikit mahasiswa yang mulai menjajaki dunia kerja di sela-sela waktu kuliahnya. Bukan semata-mata untuk mencari uang, karena kiriman dari orang tua masih cukup untuk membayar uang kost dan mentraktir teman. Tapi untuk mencari pengalaman sebelum benar-benar memasuki dunia kerja selepas kuliah nanti.“Setelah nggak banyak matakuliah yang kuambil di semester akhir, kupikir-pikir kenapa nggak nyoba kerja?” ujar Ariezmantho, mahasiswa jurusan Hubungan Internasional (HI) – UGM yang nyambi sebagai Barista (waitress) di Kedai Kopi.
Hal senada juga diakui Yuri, mahasiswa AMPTA (Akademi Managemen Pariwisata Ambarrukmo) semester akhir yang tinggal menyelesaikan skripsinya. Sembari mengerjakan tugas akhir, ia pun mendaftar sebagai Garda Depan Dagadu Djokdja. “Selama tidak mengganggu kuliah, orang tua sih kasih support” ujarnya.
Bagi perusahaan, mempekerjakan mahasiswa paruh waktu ini tentulah lebih menguntungkan karena biaya yang harus dikeluarkan tidak sebanyak menggaji staf ahli. Bagi mahasiswa, perusahaan yang membuka kesempatan kerja untuk mereka yang masih berstatus sebagai mahasiswa juga sama-sama memberi keuntungan. Perusahaan butuh tenaga (murah) dan mahasiswa pun butuh uang (tambahan). Kedua kebutuhan ini pun menjadi sinkron, apalagi bagi perusahaan yang mempunyai segmen mahasiswa atau anak muda sebagai target market.
Namun Dagadu Djokdja punya cerita lain. Tradisi mempekerjakan mahasiswa sebagai avant guard ini tak lepas dari sejarah pendirian perusahaan itu sendiri. Kelahiran Dagadu Djokdja pada tahun 1994 berawal dari ketertarikan sejumlah mahasiswa jurusan Arsitektur UGM terhadap dunia pariwisata Jogja. Selain mendisain kaos dan pernak-pernik lain yang bertutur tentang Jogja, mereka juga menjaga gerai tempat memajang produk Dagadu Djokdja itu secara bergantian sesuai jadwal kuliah. Setelah mereka menyelesaikan kuliah dan sebagian bekerja di Jakarta, kemudian kepikiran untuk merekrut mahasiswa sebagai tenaga paruh waktu untuk menjaga gerai.
Bagi Dagadu Djokdja mempekerjakan mahasiswa yang mungkin belum banyak berpengalaman di dunia kerja merupakan social responsibility perusahaan untuk melatih dan mengembangkan mereka. “Pada dasarnya mereka sudah punya potensi, kita tinggal mengasahnya saja,” ujar Daniell Alkam, MarComm Pt. Aseli Dagadu Djokdja. Untuk itu Dagadu Djokdja sudah menyiapkan mekanisme perekrutan. Tak hanya tes tetulis dan wawancara namun peserta yang tersaring masih harus mengikuti outbound training (yang diplesetkan menjadi Oblong Training) untuk menguji ketangguhan dan teamwork calon Gardep. Bahkan setelah melewati OT dan mulai magang di gerai pun, seorang calon Gardep masih dimungkinkan gugur sebagai Gardep. “Itulah yang membuat saya bangga jadi Gardep Dagadu,” ujar Yuri yang sempat didaulat sebagai Gardep of the Month.

Pragmatisme Penerimaan Siswa Baru


PERGESERAN paradigma penerimaan siswa baru tahun ini mulai terasa. Banyak sekolah melakukan tebar pesona dengan berbagai tawaran program. Tampaknya, secara sekilas, kita melihat hal itu sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan.
Akan tetapi, apabila dicermati, ternyata sekolah-sekolah telah melakukan jalan pintas dengan pragmatisme sebagai jawaban atas laju perkembangan zaman. Kejutan masa depan (future shock) tekanan yang mengguncang dan hilangnya orientasi karena terlalu banyak perubahan dalam waktu singkat, tidak disikapi dengan bijak. Tanpa disadari, sekolah-sekolah telah menebar cultural lag yang mengasingkan siswa dari akselerasi perubahan, kebutuhan zaman, dan pembaharuan kebudayaan.
Sekolah-sekolah melakukan kebijakan yang mencitrakan mutu pendidikan. Akan tetapi, bila diteliti secara mendalam, benarkan citra mutu pendidikan itu menjawab kebutuhan masyarakat dan zaman? Tidakkah yang dilakukan sekolah-sekolah itu sekadar program kesementaraan yang tak menangkap substansi perubahan kebudayaan?
Setidaknya terdapat empat langkah pragmatisme yang ditawarkan sekolah untuk tetap menarik minat calon siswa. Pertama, sekolah mencitrakan kepada publik bahwa siswa mereka lulus ujian nasional (UN) seratus persen. Kedua, sekolah menawarkan program kelas akselerasi sebagai daya tarik bagi calon siswa. Ketiga, sekolah membuka kelas imersi dengan pengantar bahasa Inggris.
Keempat, menyediakan kelas unggulan dengan pengelolaan khusus. Keempat langkah pragmatisme tersebut sengaja digencarkan oleh kepala sekolah untuk menyerap siswa baru dengan input nilai lulusan UN yang relatif tinggi. Di balik itu, tersembunyi hasrat menjaring calon siswa dengan kemampuan finansial yang memadai.
Memang, keempat langkah itu bisa menjadi daya tarik bagi calon siswa baru untuk memilih sekolah yang dikehendakinya. Apakah memang keempat langkah pragmatisme pendidikan tersebut telah menjawab tantangan zaman? Atau justru lonceng kemerosotan mutu pendidikan kita telah berdentang semenjak tebar pesona penerimaan siswa baru? Langkah Pencitraan Kelulusan UN menjadi citra yang melambungkan atau menenggelamkan sebuah sekolah. Bagi sekolah yang mencapai kelulusan UN seratus persen, mencitrakan diri sebagai sekolah yang unggul, favorit, dan bermutu.
Padahal, keberhasilan seseorang ditentukan oleh 20 pesen dari intellectual quotient (IQ), sedangkan yang 80 persen oleh ditentukan oeh emotional quotient (EQ) dan sprititual quotient (SQ). UN hanya merefleksikan 20 persen keberhasilan seseorang, karena disajikan dalam ranah kognitif semata.
Langkah pragmatisme kepala sekolah untuk mencapai kelulusan semaksimal mungkin dengan nilai UN tinggi menjadi salah satu obsesi. Semua langkah ditempuh untuk mencapai kebanggaan lulus UN seratus persen. Pembelajaran direduksi menjadi sekadar latihan soal, siasat mengerjakan soal dengan cepat dan tepat. Pembelajaran jauh dari pandangan holistik yang membentuk manusia pembelajar secara utuh.
Sekolah yang menciptakan siswa lulus UN seratus persen, dicitrakan sebagai sekolah bermutu. Adapun sekolah yang paling banyak tidak meluluskan siswa, dicitrakan sebagai sekolah terbelakang. Dikotomi pencitraan itu menjadi pandangan umum semenjak dari para birokrat pendidikan hingga masyarakat. Citra yang menyesatkan tersebut telah menjadi pandangan umum. Calon siswa tak melihat akan keunggulan guru dalam membentuk siswa menjadi manusia pembelajar. Tidak dipersoalkan benar, setelah siswa lulus sekolah menengah atas tak bisa terserap ke lapangan pekerjaan atau meneruskan ke perguruan tinggi. Tak ada tanggung jawab birokrasi pendidikan untuk mempersiapkan siswa memasuki dunia kerja. Kian jauh dan gersang keterasingan siswa dari dunia kerja yang penuh persaingan global.
Demikian pula dengan sekolah yang menawarkan kelas akselerasi. Daya tempuh yang lebih pendek, dua tahun, tak memberikan jawaban atas kebutuhan masyarakat akan tenaga terdidik yang bergulat dengan persoalan kultural. Apa yang bisa dilakukan siswa yang lulus dalam kurun waktu lebih cepat? Meneruskan kuliah? Menjadi siswa unggul yang memiliki tanggung jawab moral terhadap kepedihan nasib masyarakatnya? Atau, justru menjadi teralienasi dari persoalan masyarakatnya?
Di antara mereka yang cepat lulus setelah menempuh program akselerasi, akan menjadi calon mahasiswa yang sebagaimana lulusan lain kelak juga mencari lapangan pekerjaan. Menjadi beban negara sebagai pencari kerja, dan menjadi beban birokrasi yang harus menyediakan peluang kerja.
Sementara itu sekolah yang menawarkan kelas imersi, dengan pengantar bahasa Inggris, hanya membuat para guru gagap dalam komunikasi di ruang kelas. Globalisasi, perkembangan kultur yang tak terduga cepatnya, informasi yang melimpah, tak membuka cakrawala baru bagi siswa kelas imersi. Taruhlah para siswa memiliki kecakapan berbahasa Inggris yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang lain. Bagaimanakah sikapnya terhadap informasi yang melimpah ruah, terjadinya cultural lag yang menyebabkan masyarakat semakin hedonis dan konsumeris? Mereka tetaplah menjadi anak-anak yang gagap menatap zaman.
Sikap kita terhadap globalisasi pendidikan, tak cukup hanya mendirikan kelas imersi. Diperlukan pendidikan yang memahami perkembangan industri, perubahan struktur kerja, dan kemampuan pemecahan problem dunia industri. Memburu kemampuan komunikasi, dengan mendirikan kelas imersi, hanya salah satu sisi yang masih jauh dari persoalan substansial globalisasi pendidikan.
Program kelas unggulan menawarkan sarana prasarana pendidikan yang lebih baik, anak-anak yang terpilih, dan guru yang berkualitas. Akan tetapi, apa terobosan baru yang ditawarkan? Kurikulum, buku teks, dan alat evaluasi tetap sama. Tidak ada perombakan kurikulum, bahkan tiada pembelajaran yang lebih kreatif, yang membongkar kebekuan pola pikir siswa. Dengan demikian, sungguh disayangkan, tak ada kebaruan pembentukan intelektualisme yang menerobos kebekuan kultur pada kelas unggulan. Berikan Gengsi Pragmatisme yang terus berkembang dalam pola pikir birokrat pendidikan, guru, masyarakat, dan siswa, dalam kurun waktu lama tak akan memberikan jawaban atas persoalan zaman. Sekolah tidak memberikan apa pun, kecuali gengsi sosial, citra, dan martabat semu.
Kegeraman boleh saja berkembang dari seseorang, karena keterbatasan dana, dengan berkata: Sekolah boleh di mana saja, asal siswa memiliki etos yang kuat. Ia akan bisa membebaskan diri dari atmosfer pembodohan massal pragmatisme pendidikan!
Kemiskinan bukan aib. Kisah Kinjiro bisa kita hidupkan untuk membangkitkan etos belajar masyarakat. Ia belajar dengan penerangan kunang-kunang yang dimasukkan ke dalam botol, karena keluarganya sangat miskin, tak mampu membeli alat penerang. Ia menjadi tokoh samurai, dan menjadi simbol etos pembelajaran di sekolah-sekolah Jepang. Di setiap sekolah didirikan patung Kinjiro tengah memikul kayu bakar di bahu, dan membaca buku.
Etos Kinjiro, bagi keluarga miskin yang tak bisa memasuki sekolah-sekolah favorit karena keterbatasan dana, bukan merupakan kisah pelipur lara. Etos itu menjadi pilihan satu-satunya. Etos itu juga membebaskan siswa dari pembodohan massal dunia pendidikan yang terperangkap pragmatisme. Jangan terjebak dalam future shock. Jangan kehilangan oreientasi diri di tengah melimpahnya arus informasi dan perubahan kebudayaan yang begitu cepat. Kenapa silau dengan tebar pesona sekolah-sekolah yang mencitrakan institusi mereka bermutu?

SEJARAH BLOG




Blog pertama kemungkinan besar adalah halaman What’s New pada browser Mosaic yang
dibuat oleh Marc Andersen pada tahun 1993. Kalau kita masih ingat, Mosaic adalah browser
pertama sebelum adanya Internet Explorer bahkan sebelum Nestcape. Kemudian pada Januari
1994 Justin Hall memulai website pribadinya Justin’s Home Page yang kemudian berubah
menjadi Links from the Underground yang mungkin dapat disebut sebagai Blog pertama seperti
yang kita kenal sekarang.
Hingga pada tahun 1998, jumlah Blog yang ada diluar sana belumlah seberapa. Hal ini
disebabkan karena saat itu diperlukan keahlian dan pengetahuan khusus tentang pembuatan
website, HTML, dan web hosting untuk membuat Blog, sehingga hanya mereka yang
berkecimpung di bidang Internet, System Administrator atau Web Designer yang kemudian
pada waktu luangnya menciptakan Blog-Blog mereka sendiri.
Pada Agustus 1999 sebuah perusahaan Silicon Valley bernama Pyra Lab meluncurkan layanan
Blogger.com yang memungkinkan siapapun dengan pengetahuan dasar tentang HTML dapat
menciptakan Blog-nya sendiri secara online dan gratis. Walaupun sebelum itu (Juli 1999)
layanan membuat Blog online dan gratis yaitu Pitas telah ada dan telah membuat Blogger
bertambah hingga ratusan, tapi jumlah Blog tidak pernah bertambah banyak begitu rupa
sehingga Blogger.com muncul di dunia per-blog-an. Blogger.com sendiri saat ini telah memiliki
hingga 100.000 Blogger yang menggunakan layanan mereka dengan pertumbuhan jumlah
sekitar 20% per bulan. Blogger.com dan Pitas tentu tidak sendirian, layanan pembuat blog
online diberikan pula oleh Grouksoup, Edit this Page dan juga Velocinews.
Sejak saat itu Blog kian hari kian bertambah hingga makin sulit untuk mengikutinya. Eatonweb
Portal adalah salah satu daftar Blog terlengkap yang kini ada diantara daftar Blog lainnya.
Ribuan Blog kemudian bermunculan dan masing-masing memilih topik bahasannya sendiri,
dimulai dari bagaimana menjadi orang tua yang baik, hobi menonton film, topik politik,
kesehatan, sex, olahraga, buku komik dan macam-macam lagi. Bahkan Blogger ada Blog tentang
barang-barang aneh yang dijual di situs lelang Ebay yang bernama Who Would By That?.
Cameron Barret menulis pada Blog-nya essay berjudul Anatomy of a Weblog yang
menerangkan tema dari Blog. “Blog seringkali sangat terfokus pada sebuah subjek unik yaitu
sebuah topik dasar dan/atau sebuah konsep yang menyatukan tema-tema dalam Blog
tersebut.” Secara sederhana topik sebuah Blog adalah daerah kekuasan si Blogger-nya tanpa
ada editor atau boss yang ikut campur, tema segila apapun biasanya dapat kita temukan sejalan
dengan makin bermunculannya Blog di Internet. Dan ya, ide itu telah terpikirkan, Blogger
bahkan sekarang telah membuat Blog dari Blog, dan bahkan Blog dari Blog dari Blog.
Dari sedemikian banyak Blog yang ada, Blog-Blog yang menetapkan standar dari Blog dan
terkenal sehingga memiliki penggemarnya sendiri diantaranya adalah Blog milik Jorn Barger,
Robot Wisdom yang disebut-sebut merupakan Blog terbesar dan paling berguna dimana dia
setiap harinya menyodorkan sekian banyak link yang dibentuk dari ketertarikannya pada seni
dan teknologi. Camworld adalah Blog populer milik Cameron Barret seorang Desainer Interaktif
dimana dia mengkatagorikan topik-topik Blog-nya pada katagori, Random Thoughts, Web
Design dan New Media. Camworld dapat disebut sebagai Blog klasik dalam arti Blog tersebut
mengandung dosis tepat dari karakter dan opini pribadi dicampur dengan keselektifan
pemilihan link-nya.
Blog terkenal lainnya diantaranya, “Obscure Store”http://www.obscurestore.com/ milik Jim
Romenesko yang menyediakan link bertemakan berita dan gosip serta hal-hal kecil yang sedikit
mengarah pada underground movement, Lawrence Lee juga setiap hari mengupdate Blog-nya,
Tomalak’s Realm dengan link-link pada berita tentang Web Design dan Net Business. Memepool
dengan pilihan koleksi link-nya yang unik disertai analisis cerdas juga digemari sebagai Blog
yang istimewa. Kottke.org merupakan Blog menarik milik Jason Kottke seorang Web Designer
yang tinggal di San Francisco, di Blog-nya dia menulis bahwa Blog-nya tersebut adalah caranya
mengisi waktu luang untuk menyusun kembali tulisan-tulisan, desain-desain dan critical skillnya.
Tak lupa juga Blog milik Dave Winer, Scripting News, salah satu Blog pertama yang banyak
memberikan link tentang pemrograman.
Blogger
Siapa sih para Blogger di Internet ini? Rebecca Blood pada Blog-nya Rebecca’s Pocket
mengatakan bahwa para Blogger mulanya adalah mereka yang telah mengajarkan diri mereka
sendiri HTML karena mereka menyenanginya, atau mereka yang setelah seharian bekerja di
kantor dot.com mereka, dan kemudian menyisakan waktu luang beberapa jam setiap harinya
untuk melakukan web surfing dan memasang hasilnya pada Blog mereka. Mereka adalah apa
yang ia sebut orang-orang yang antusias pada web. “These were web enthusiast.” tulisnya. Evan
Williams, pendiri Blogger.com berpendapat, “Mayoritas Blogger adalah anak-anak muda atau
mahasiswa. Dan banyak diantara mereka yang menggunakannya untuk berkomunikasi dengan
teman-temannya.”.
Setiap orang tentu saja dapat membuat Blog-nya masing-masing, tapi seperti yang dikatakan
Evan, Blogger saat ini kebanyakan terdiri dari para penulis diary muda yang dinamis, offbeat
dan punya opini untuk segala hal. Dalam kata lain mereka adalah generasi yang tidak takut
berpendapat dan mengungkapkan pendapat mereka.
Lalu apa gunanya membuat Blog? Apa yang mungkin didapatkan oleh seorang Blogger dalam
usaha mengurus Blognya? Rabecca Blood menulis bahwa setelah ia membuat Blog-nya ada dua
efek samping yang terjadi yang tidak ia perkirakan sebelumnya. Pertama ia menemukan
kembali minatnya semenjak ia mulai membuat Blog. Dan hal kedua yang lebih penting, ia mulai
lebih menghargai cara pandangnya sendiri.
Ketika setiap harinya ia mengupdate Blog-nya ia mulai mempertimbangkan opini dan ideidenya
dengan lebih hati-hati dan ia mulai merasakan bahwa perspektifnya adalah unik dan
penting untuk disuarakan.
Ketika seorang blogger menuliskan apa yang ada di pikirannya, maka ia akan sering
berkonfrontasi dengan pikiran-pikiran dan opininya sendiri. Menulis Blog, atau Blogging, setiap
hari akan membuat Blogger menjadi penulis yang lebih percaya diri. Dengan terbiasa
mengekspresikan pikirannya pada Blog-nya, seorang Blogger dapat dengan lebih baik
mengartikulasikan opininya. Blog bahkan dapat menjadi semacam terapi jiwa.
Tentu saja tidak semua orang adalah seorang Natural-Born Blogger dan dapat memproduksi
Blog yang menarik. Di luar sana ada banyak Blogger yang merasa perlu mendokumentasikan diri
setiap kali ia bersin, atau anak-anak muda yang menuliskan “Saya bosan” atau “School Sucks!”
setiap tiga jam sekali. Amy Jo Kim seorang konsultan dan pengarang buku “Community Building
on the Web: Secret Strategies for Succesful Online Communities”, menulis bahwa diperlukan
beberapa syarat dasar khusus untuk menjadi seorang Blogger, yaitu kemampuan untuk
mengekspresikan diri, keinginan untuk berkomunikasi dengan orang banyak dan minat pribadi
pada “keterusterangan”.
Blog dengan caranya sendiri sepertinya membuat hidup, pikiran, opini dan kegiatan Bloggernya
lebih mempunyai tujuan dan lebih teratur.
Komunitas Blog dan Budaya Digital
Sejalan dengan kepribadian sebuah Blog, si Blogger atau editor dari sebuah Blog biasanya
menerima pula kontribusi-kontribusi link unik dari para penikmat Blog-nya. Beberapa website
Blog juga menerima feedback terhadap opini dan komentar dari link suatu artikel atau suatu isu
yang dimuat. Blog karenanya pula bersifat interaktif dan membentuk komunitas-komunitas
para Blogger yang saling me-link-kan Blog mereka satu sama lain.
Para Blogger diwakili oleh Blog mereka mengekspresikan persahabatan, permusuhan dan
seringkali melakukan perdebatan yang mereka muat dalam Blog mereka masing-masing yang
kemudian mereka link-an pada opini awal yang mereka komentari. Sebuah percakapan dapat
berkembang antara 3 hingga 4 Blog sekaligus sambil merujuk pada jawaban mereka di Blog lain.
Kelompok pemujaan pada pribadi Blog tertentu bermunculan, beberapa nama Blogger muncul
dan muncul kembali pada update harian Blog seseorang yang diidolakannya, atau nama
tersebut muncul pada daftar Blog lainnya yang Blogger itu ikuti.
Blog adalah budaya digital tersendiri dan komunitas elektroniknya bertebaran di internet dan
dengan sedemikian banyak Blog di Internet yang selalu mencari website-website yang menarik
maka Blog menjadi unik. Seperti yang dituliskan Cameron Barret bahwa Blog saat ini adalah
indikator akurat tentang apa yang sedang terjadi di Internet dan di dalam komunitas web.
“Blog adalah simbol dari apa yang hebat tentang Internet.” tulisnya.
Keinteraktifan adalah hal lain yang didapatkan dari Blog. Internet bukan saja memungkinkan
para Blogger memberikan opini dan komentar mereka tentang suatu isu, tapi juga
memungkinkan para pembaca Blog menuliskan opininya pula tentang opini yang ia baca. Pro,
kontra, link, tambahan informasi, fakta baru, semuanya kemudian terkandung dalam satu situs
Blog besar. Jon Katz dalam tulisannya di Slashdot, Here Come The Weblog, May 1999,
menggambarkan Blog sebagai rangkaian evolusi menuju “New Media”. Blog berhasil
mendemostrasikan banyak hal tentang budaya interaktif yang disukai orang, terutama anakanak
muda, tulisnya.
Salah satu Blog yang terkenal keinteraktifannya adalah Slashdot yang terkenal dengan
semboyannya “News for Nerds. Stuff that Matters” yang dikelola oleh beberapa moderator. Di
Slashdot satu opini menghasilkan sekian banyak lagi komentar pro atau kontra yang didukung
dengan link yang mereka kontribusikan.
Salah satu Community Blog yang perlu dikunjungi pula adalah MetaFilter. Jika banyak Blog lebih
bersifat personal, dikendalikan dan ditulis oleh satu orang, atau mencerminkan pribadi satu
seseorang, maka katagori Community Blog, seperti MetaFilter hidup dari kontribusi banyak
orang dimana setiap harinya para blogger ini sama-sama mengisi MetaFilter dengan link-link
mereka dimana mereka menuliskan komentar-komentar mereka pula di dalamnya. Saat ini ada
13511 anggota aktif di MetaFilter, dimana setiap link yang didonasikan ke MetaFilter tentu saja
kemudian bisa dikomentari oleh blogger lainnya lagi. Interaksi adalah salah satu daya tarik kuat
dari Blog.
Keinteraktifan Blog adalah salah satu faktor yang menunjang kepopulerannya. Media
konvensional yang bersifat satu arah berubah bentuk menjadi tempat dimana suara semua
orang mendapat tempat, walau belum tentu berharga. Blog memiliki kebalikan struktur dari
media konvensional yang bersifat top-down, membosankan dan arogan, kata Jon Katz. Blog
juga adalah contoh tepat evolusi komunitas eleltronik dan kemampuan orang yang secara
online membuat media yang mereka kostumisasi sendiri, Jon Katz meneruskan. Media yang
dikustomisasi sendiri yang dimaksud, adalah media yang lepas dari kecurigaan media sebagai
corong korporasi besar. Blog kemungkinan besar adalah masa depan media yang kita saksikan
sekarang.
Cameron Barret mengatakan hal yang sama, bahwa “Big Idea” dari Internet adalah kekuatan
informasi yang terdistribusi dan jurnalisme gaya Blog adalah jurnalisme media online dalam
tingkat yang lebih tinggi. Rebecca Blood menulis: Dengan komentar-komentar tak kenal takut
dan sarkasme mereka Blogger mengingatkan kita betapa seringkali media konvensional
terinfeksi oleh vested-interest dalam membuat berita.
Blog dengan kecenderungannya memilih-milih berita dan artikel serta website sesuai dengan
preference personal Blogger-nya, membuat seolah The Web telah di-_filter_, The Web telah
dijelajahi terdahulu (_pre-surfed_) oleh para Blogger dan kita tinggal menikmati apa yang telah
disediakan para Blogger pada Blog yang kita sukai. Para Blogger memilihkan link pada website
dan berita yang paling aneh, paling bodoh, hingga paling lengkap atau tidak lengkap dari Web.
Jon Katz menyebut Blog, Filtered News. Blog sebagai saringan The Web telah menyelamatkan
kita dari kekacauan atau kesentralan informasi online yang sekarang terjadi di Internet.
Scott Rosenberg dalam kolomnya di Salon menuliskan pendapatnya tentang Blog dan para
Blogger. Blogger, tulisnya, telah menemukan ceruk (_niche_) baru yang subur dalam lingkungan
informasi Web. Mereka memenuhi ramalan para visionaris internet terhadap munculnya jenis
baru para jurnalis online, tetapi bedanya daripada mencari berita di dunia nyata, mereka
menyiangi internet untuk mendapatkan berita.
Blogger menurut sifat dasarnya bukanlah reporter, mereka berperan sebagai editor dalam
Blognya masing-masing dan dalam sebuah dunia dengan budaya media yang telah jenuh, Blog
menjadi suara-suara alternatif yang menyuarakan bunyi independen dalam setiap ulasannya.
Blog bukanlah obat mujarab untuk budaya yang telah jenuh dengan media, tapi mudahmudahan
Blog adalah salah satu peredanya tulis Rabecca Blood.
Memiliki Blog sendiri dan Blog Indonesia
Cara paling direkomendasikan untuk memiliki Blog sendiri adalah dengan mendaftarkan diri
kamu di Blogger.com, belajar sedikit tutorial HTML dasar dan Here you go! Kamu sudah
memiliki Blog kamu sendiri. Blogger.com tidak membatasi jumlah Blog yang bisa kamu miliki,
tidak membatasi kapasitas panjang dari Blog kamu. Kamu bisa memilih desain interface Blog
kamu dari template yang telah disediakan, atau jika kamu sudah menguasai HTML kamu bisa
merancangnya sendiri atau memodifikasinya. Blog kamu bisa ditempatkan dilayanan website
gratis seperti Tripod atau Geocities atau bisa juga ditempatkan di server yang disediakan
Blogger.com.
Kamu juga bisa mendapatkan tutorial-tutorial dan bertanya tentang Blog pada forum diskusi
yang disediakan oleh Blogger.com. Cara mengisi Blog kamu adalah dengan masuk ke
Blogger.com dan menuliskan di area yang sudah disediakan, atau menggunakan fasilitas yang
diberikan oleh Blogger.com, dimana dengan satu klik kamu dapat membuat link ke website
yang sedang kamu lihat dan kamu dapat memasukkan komentar kamu. Tapi yang paling
penting tentu siapkan diri kamu buat mengorganisir lagi opini dan pendapat-pendapat kamu
dan latih otot kritis yang kamu miliki.
Apa yang membuat suatu komentar adalah komentar yang bagus? Weblog Resource
memberikan beberapa tips. Secara ideal, komentar kamu perlu menjelaskan tentang link yang
kamu buat dan kenapa kamu memasang link tersebut. Sebuah komentar tidak cukup hanya
berkata link ini cool misalnya, komentar seperti ini tidak berguna buat pengunjung Blog kamu.
Tips singkat yang paling berguna? Jadilah diri kamu sendiri, dan mulailah menulisi Blog yang
kamu miliki.
Apa ada para Blogger indonesia? Yap.. Website yang mendaftar para Blogger Indonesia yaitu
Indo.Blogs. Kriteria satu-satunya agar Blog kamu terdaftar pada Indo.Blogs hanyalah
berkebangsaan Indonesia, tanpa memandang secara geografis lokasi kamu berada.
Indo.Blogs mendaftar sekitar 40-an Blog yang ada, keseluruhan secara kasar ada sekitar 100-an
Blogger Indonesia dengan personalitinya masing-masing. Kebanyakan mahasiswa atau
berprofesi di bidang IT dan Web Desain. Ada yang keseluruhan memakai Bahasa Inggris
sebagian lagi memakai Bahasa Indonesia dan sebagian lagi mencampur bahasa yang digunakan.
Sayangnya banyak juga yang tidak terupdate setiap hari. Jarak antara satu update dengan yang
lain bisa satu bulan lamanya dan kebanyakan lebih berupa jurnal pribadi daripada Blog yang
banyak memuat link. Tapi kebanyakan memiliki desain Blog yang menarik dan sederhana, dan
Blogger Indonesia tidak lupa mencantumkan sahabat-sahabat Blog mereka dengan rapih seperti
yang biasa dilakukan oleh Blogger luar negri.
Lalu apakah ada Community Blog Indonesia? Yupe ada. Silahkan arahkah browser kita ke
MSN.OR.ID. Para Blogger disini disebut “celetukers” karena sifatnya dimana masing-masing
Blogger memang menyeletukan sesuatu yang kemudian mengisi website ini.
Saat ini ada 64 celetukers dengan masing-masing link ke Blog mereka. Website ini bermula dari
mereka yg dulu sering chatting di server microsoft comic chat (irc.msn.com) dan setelah server
tersebut kemudian ditutup, maka para penghuninya kemudian mendirikan website ini.
Lebih jauh lagi tentang Komunitas Blogger di Indonesia? Berarti kamu harus gabung sama
mailing listnya. Bloggerians adalah mailing list diskusi terbuka untuk komunitas para Blogger
Indonesia yang terbentuk sejak bulan Maret 2001 dan saat ini dianggotai oleh 45 anggota.
Mayoritas Blogger Indonesia masih berasal dari kalangan website desainer atau system
administrator, atau mereka yang pekerjaannya memang membuat mereka akrab dengan dunia
membuat website. Walau begitu, diskusi menarik sering pula terjadi disitu.
Generasi Kedua
Pada tulisannya di Star Telegram, Frances Katz (ada hubungan dengan Jon Katz?) menulis
bahwa Blog adalah generasi kedua dari Home Page Pribadi. Perbedaan utama antara Home
Page Pribadi dan Blog yaitu, Home Page Pribadi adalah tempat dimana kamu menempatkan
foto keluarga, foto kamu dan kemudian mendistribusikan informasi pada lingkaran kecil temanteman
dan keluarga. Sedang Blog dirancang untuk “pengunjung”. Blog memiliki suara spesifik
dan kepribadian. Blog karenanya adalah kepanjangan interaktif dari pembuatnya.
Apakah Blog memang suara murni media baru seperti yang diramalkan? Atau hanya sekedar
trend digital? Dan akan bertahan lamakah Blog-Blog di Internet? Tentu saja ini jawaban yang
perlu dijawab oleh para Blogger sendiri. Banyak orang saat ini memiliki idealisme terhadap Blog
sebagai sebuah konsep desentralisasi informasi yang mengembalikan berita kembali di tangan
para penggunanya dan tidak dimonopoli lagi oleh korporasi besar atau perusahaan media.
Tentu saja masih sekian tahun lagi kita melihat apakah konsep yang bermula dari budaya dan
komunitas ini bisa terjadi atau tidak. Kritik terhadap ledakan jumlah Blog yang sekarang terjadi
pun sudah banyak disuarakan. Berapa murni lagi suara Blog bisa bertahan? Perdebatan tentang
hal ini terus terjadi di Web. Untuk saat ini, buat kamu yang berminat hanya satu saran, BLOG
ON!
Source : http://belajarblog.blogsome.com/2005/04/23/sejarah-blog/

Dicoba zaa....