Smariduta.... The Best SkuL ever!!!!!!!

Jumat, 12 Desember 2008

Kuliah atau Kerja


Pada dasarnya kuliah dan kerja merupakan dua hal yang berbeda. Bangku kuliah mengajarkan pada mahasiswa untuk memperkaya kapabilitas melalui ilmu pengetahuan. Sementara itu, dunia kerja terkadang merupakan pilihan praktis untuk memenuhi kebutuhan ekonomis.
Namun tak sedikit mahasiswa yang mulai menjajaki dunia kerja di sela-sela waktu kuliahnya. Bukan semata-mata untuk mencari uang, karena kiriman dari orang tua masih cukup untuk membayar uang kost dan mentraktir teman. Tapi untuk mencari pengalaman sebelum benar-benar memasuki dunia kerja selepas kuliah nanti.“Setelah nggak banyak matakuliah yang kuambil di semester akhir, kupikir-pikir kenapa nggak nyoba kerja?” ujar Ariezmantho, mahasiswa jurusan Hubungan Internasional (HI) – UGM yang nyambi sebagai Barista (waitress) di Kedai Kopi.
Hal senada juga diakui Yuri, mahasiswa AMPTA (Akademi Managemen Pariwisata Ambarrukmo) semester akhir yang tinggal menyelesaikan skripsinya. Sembari mengerjakan tugas akhir, ia pun mendaftar sebagai Garda Depan Dagadu Djokdja. “Selama tidak mengganggu kuliah, orang tua sih kasih support” ujarnya.
Bagi perusahaan, mempekerjakan mahasiswa paruh waktu ini tentulah lebih menguntungkan karena biaya yang harus dikeluarkan tidak sebanyak menggaji staf ahli. Bagi mahasiswa, perusahaan yang membuka kesempatan kerja untuk mereka yang masih berstatus sebagai mahasiswa juga sama-sama memberi keuntungan. Perusahaan butuh tenaga (murah) dan mahasiswa pun butuh uang (tambahan). Kedua kebutuhan ini pun menjadi sinkron, apalagi bagi perusahaan yang mempunyai segmen mahasiswa atau anak muda sebagai target market.
Namun Dagadu Djokdja punya cerita lain. Tradisi mempekerjakan mahasiswa sebagai avant guard ini tak lepas dari sejarah pendirian perusahaan itu sendiri. Kelahiran Dagadu Djokdja pada tahun 1994 berawal dari ketertarikan sejumlah mahasiswa jurusan Arsitektur UGM terhadap dunia pariwisata Jogja. Selain mendisain kaos dan pernak-pernik lain yang bertutur tentang Jogja, mereka juga menjaga gerai tempat memajang produk Dagadu Djokdja itu secara bergantian sesuai jadwal kuliah. Setelah mereka menyelesaikan kuliah dan sebagian bekerja di Jakarta, kemudian kepikiran untuk merekrut mahasiswa sebagai tenaga paruh waktu untuk menjaga gerai.
Bagi Dagadu Djokdja mempekerjakan mahasiswa yang mungkin belum banyak berpengalaman di dunia kerja merupakan social responsibility perusahaan untuk melatih dan mengembangkan mereka. “Pada dasarnya mereka sudah punya potensi, kita tinggal mengasahnya saja,” ujar Daniell Alkam, MarComm Pt. Aseli Dagadu Djokdja. Untuk itu Dagadu Djokdja sudah menyiapkan mekanisme perekrutan. Tak hanya tes tetulis dan wawancara namun peserta yang tersaring masih harus mengikuti outbound training (yang diplesetkan menjadi Oblong Training) untuk menguji ketangguhan dan teamwork calon Gardep. Bahkan setelah melewati OT dan mulai magang di gerai pun, seorang calon Gardep masih dimungkinkan gugur sebagai Gardep. “Itulah yang membuat saya bangga jadi Gardep Dagadu,” ujar Yuri yang sempat didaulat sebagai Gardep of the Month.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dicoba zaa....